Minggu, 22 April 2012

Ayah~

Dear ayah,
Aku tak tau harus menuliskan ini darimana, begitu banyak hal yang ingin kuungkapkan kepadamu namun bibir ini tak pernah bisa menyampaikannya kepadamu. Melalui tulisan yang mungkin takkan pernah kau baca ini lah aku akan mengungkapkan sedikit dari apa yang ingin kusampaikan kepadamu.

Ayah, aku adalah gadis kecilmu yang kini telah beranjak dewasa. Aku lah gadis kecil yang dulu kau timang. Aku lah gadis kecilmu, ayah. Aku telah beranjak dewasa kini. Aku bukan gadis kecil lagi. Kau sudah tak akan sanggup untuk menimangku lagi, aku terlalu besar untuk hal itu.

Ayah, aku yakin kau pasti masih ingat dulu di saatku tertidur di ruang tv, engkau selalu menggendongku untuk kembali ke kamar tidurku. Bahkan di saat badanku sudah mulai membesar kau masih tetap melakukaknnya. Aku merindukan saat berada di dalam gendonganmu. Namun, aku sadar kalau itu takkan pernah terjadi lagi.


Ayah, aku sudah beranjak dewasa kini. Dulu di saat aku memasuki usia remaja, aku mulai menjauh darimu. Aku sibuk dengan teman-temanku. Aku mulai malu untuk dekat denganmu. Aku minta maaf. Aku tidak pernah berniat untuk melakukan hal itu. Aku benar-benar minta maaf.

Ayah, di saat usiaku semakin remaja, aku mengenal yang namanya cinta. Aku semakin jauh darimu, namun kau malah semakin mencoba mendekat padaku. Apakah kau tidak mau kehilanganku sehingga kau melakukan itu ? Apakah kau tak ingin cintaku terkuras habis untuk kekasihku sehingga tak ada sedikitpun cinta yang tersisa untukmu ?

Ayah, aku ingat di saat aku merasakan patah hati, kau ada untukku. Walaupun kau tak secara langsung membelaiku dan menghapus air mataku, namun aku yakin kau telah melakukannya dengan hatimu.

Ayah, saat aku merasakan sakit, aku tau kau juga merasakan itu. Di saat aku bahagia, engkau pun pasti merasakan kebahagiaan itu walaupun terkadang kau membenci hal yang membuat kubahagia namun kau tetap ikut berbahagia untukku.

Ayah, apakah engkau tau betapa bangganya aku memiliki ayah sepertimu ?
Aku mungkin takkan pernah bisa mengatakan ini kepadamu secara langsung, namun aku hanya ingin menitipkan pesan ini kepada Tuhan, semoga engkau bisa merasakan apa yang aku rasakan.
Semoga engkau tau bahwa aku sangat mencintaimu..

Rabu, 11 April 2012

Ketika Cinta Mendekat

Ketika cinta itu mulai datang mengetuk pintu hatiku, ada perasaan takut yang kurasakan. Aku merasa takut untuk membiarkannya masuk ke dalam hatiku. Aku tak ingin bila nanti aku telah mempersilakannya masuk, dia akan menghancurkan semua yang ada di sana. Menghancurkan hatiku yang telah dengan susah payah aku tata kembali. Aku tak ingin merasakan sakit kembali.

Dulu aku pernah bilang kalau aku enggak mau jatuh cinta lagi sampai saatnya bener-bener tiba. Saat ini aku merasanya waktunya masih sangat belum tepat. Aku merasa masih sangat belum siap untuk mempersilakan seseorang memasuki hatiku kembali. Masih banyak hal yang harus kutata di dalam sana. Aku ingin jika suatu hari nanti akan ada seseorang yang mengetuk pintu hatiku, aku akan mempersilakannya masuk ke dalam hati yang sangat indah agar dia tak ingin keluar lagi bahkan untuk menengok melalui jendala pun tidak.
Aku ingin jika kelak akan ada orang yang mengetuk pintu hatiku, dia akan tetap berada di sana selamanya. Menghadapi hidup ini selalu bersama dengan diriku. Aku ingin dia menjadi yang terakhir dan selamanya. Aku ingin hanya maut Tuhan lah yang akan memisahkanku kelak dengannya.

Salahkah bila aku menginginkan hal itu ? Apakah keinginanku itu terlalu tinggi untuk bisa kugapai ?

Minggu, 01 April 2012

Weird Story Part 2

Setelah pengamen itu pergi, datang lah seorang lelaki bertubuh kekar dengan tangan yang dia sembunyikan di punggungnya.
"Buset, ada apaan neh ? Kabur nyok. Daripada bonyok ntar kita di sini." kata Shella sambil berdiri, bersiap-siap untuk pergi.
Laki-laki kekar itu semakin dekat dengan mereka. Keempat gadis itu bertambah ketakutan.
"Waah, jangan-jangan yang dia sembunyiin d belakang punggungnya itu piso, kapak, ato entah apa lah.  Yang pasti itu barang yang berbahaya." kata Dini.
"Huaaaa, Kaburrrrrr !!!!" teriak Nanda.
Saat laki-laki kekar itu sudah sampai di tempat mereka. Nanda, Shella, dan Dini langsung berlari meninggalkan Andira yang sedang asyik dengan minumannya.
Laki-laki itu memegang pundak Andira. 
"Apaan sih ? Gue lagi asik ne" balas Andira tanpa berpaling dari minumannya.
"Andira. Andira !" teriak Nanda.
"Apaan sih ?" kata Andira sambil mengangkat pandangannya dari minuman. Betapa kagetnya Andira saat melihat siapa yang memegang pundaknya itu. Andira berusaha sekuat tenaga untuk bisa terlepas dari jeratan laki-laki kekar itu. Namun apa daya. Laki-laki itu jauh lebih kuat darinya.
"Mas, ampun. Jangan apa-apain saya. Orang tua saya gak punya uang buat bayarin biaya rumah sakit, Kasihani saya, Mas. Tolong jangan di apa-apaan ya. Ini deh ambil, Mas. Ambil minuman saya. Gak apa-apa deh" kata Andira sambil menyodorkan minumannya yang hanya tertinggal 1/3 gelas. "Saya ikhlas, Mas. Beneran deh. Yang penting saya gak di apa-apain."

"Iya, Mas. Ambil aja itu minumannya. Gak apa-apa kok. D makan ama gelas-gelasnya juga gak apa-apa. Kalo mau nambah lagi juga gak apa-apa kok mas. Yang penting temen kita gak di apa-apain. Iya kan , guys ?" kata Shella dengan suara yang keras.
"Iya bener, Mas. Nambah aja. Gak apa-apa kok. Asal bayar sendiri" kata Dini dengan suara yang pelan.

Laki-laki itu masih saja memegangin pundak Andira. Andira yang pundaknya di pegang laki-laki itu sudah sangat ketakutan. Keringat dingin mulai membasahi badannya. Andira memejamkan matanya. Mulutnya komat-kamit. Entah dia sedang berdoa atau sedang bernyanyi.

Laki-laki kekar itu membuka mulutnya, "Aduh mbak mbak ini. Kalian berlebihan deh. Eke ke sini kan cuma buat ngamen doang. Neh" dia menunjukan seperangkat alat mengamennya. "Apa eke segitu menyeramkannya sampai  ye ye kabur pas eke dateng" ucap laki-laki itu dengan tampang sedih.

Andira yang dari tadi terpejam langsung membuka matanya. Dia melongo memandangi laki-laki kekar itu. Sedangkan ketiga sahabatnya yang berada beberapa meter darinya hanya bisa tertawa terbahak-bahak mendengar laki-laki itu. Mereka pun mulai mendekat ke meja tempat Andira dan laki-laki itu berada.
"Mas, bukannya gitu. Jangan salah paham dong. Mas gak menyeramkan kok. Beneran deh. Tapi cuma horor doang. Jadinya kita kabur deh." kata Shella.
"Horor ma menyeramkan apa bedanya ?" Laki-laki itu mulai menangis.
"Ya ampun, Mas, eh , Mbak. Aduh manggilnya apa sih." kata Dini.
"Nah kan, kalian manggil aku aja gak tau mau pakai panggilan apaan. Aku emang menyedihkan." tangis laki-laki itu semakin menjadi.
"Yaah lo berdua. Dia jadi nangis kan sekarang. Ribet deh jadinya." kata Nanda.
"Huaaaaaaa. Kalian semua jahat. Kalian gak ada yang bisa ngertiin aku. Kalian jahat." kata laki-laki itu. Dia kemudian berlari menjauhi keempat gadis itu.

"Buaahhahaahhaaa." Andira yang sedari tadi terbengong tertawa terbahak-bahak. Mengagetkan sahabat-sahabatnya yang masih tersihir oleh kelakuan laki-laki kekar itu.
"Ooh Tuhan. Ini jaman apaan sih. Kenapa semua orang aneh banget hari ini ?" kata Shella setelah tersadar dari hipnotis laki-laki kekar itu.
"Ho-oh. Jaman edan emang. Ckck" sambung Dini.
"Yaudahla, lama-lama di sini gue bisa jadi gila. Pulang yuk." ajak Nanda.
"Iya aja deh. Yuk" sambung Andira.



To be Continue~