Minggu, 01 April 2012

Weird Story Part 2

Setelah pengamen itu pergi, datang lah seorang lelaki bertubuh kekar dengan tangan yang dia sembunyikan di punggungnya.
"Buset, ada apaan neh ? Kabur nyok. Daripada bonyok ntar kita di sini." kata Shella sambil berdiri, bersiap-siap untuk pergi.
Laki-laki kekar itu semakin dekat dengan mereka. Keempat gadis itu bertambah ketakutan.
"Waah, jangan-jangan yang dia sembunyiin d belakang punggungnya itu piso, kapak, ato entah apa lah.  Yang pasti itu barang yang berbahaya." kata Dini.
"Huaaaa, Kaburrrrrr !!!!" teriak Nanda.
Saat laki-laki kekar itu sudah sampai di tempat mereka. Nanda, Shella, dan Dini langsung berlari meninggalkan Andira yang sedang asyik dengan minumannya.
Laki-laki itu memegang pundak Andira. 
"Apaan sih ? Gue lagi asik ne" balas Andira tanpa berpaling dari minumannya.
"Andira. Andira !" teriak Nanda.
"Apaan sih ?" kata Andira sambil mengangkat pandangannya dari minuman. Betapa kagetnya Andira saat melihat siapa yang memegang pundaknya itu. Andira berusaha sekuat tenaga untuk bisa terlepas dari jeratan laki-laki kekar itu. Namun apa daya. Laki-laki itu jauh lebih kuat darinya.
"Mas, ampun. Jangan apa-apain saya. Orang tua saya gak punya uang buat bayarin biaya rumah sakit, Kasihani saya, Mas. Tolong jangan di apa-apaan ya. Ini deh ambil, Mas. Ambil minuman saya. Gak apa-apa deh" kata Andira sambil menyodorkan minumannya yang hanya tertinggal 1/3 gelas. "Saya ikhlas, Mas. Beneran deh. Yang penting saya gak di apa-apain."

"Iya, Mas. Ambil aja itu minumannya. Gak apa-apa kok. D makan ama gelas-gelasnya juga gak apa-apa. Kalo mau nambah lagi juga gak apa-apa kok mas. Yang penting temen kita gak di apa-apain. Iya kan , guys ?" kata Shella dengan suara yang keras.
"Iya bener, Mas. Nambah aja. Gak apa-apa kok. Asal bayar sendiri" kata Dini dengan suara yang pelan.

Laki-laki itu masih saja memegangin pundak Andira. Andira yang pundaknya di pegang laki-laki itu sudah sangat ketakutan. Keringat dingin mulai membasahi badannya. Andira memejamkan matanya. Mulutnya komat-kamit. Entah dia sedang berdoa atau sedang bernyanyi.

Laki-laki kekar itu membuka mulutnya, "Aduh mbak mbak ini. Kalian berlebihan deh. Eke ke sini kan cuma buat ngamen doang. Neh" dia menunjukan seperangkat alat mengamennya. "Apa eke segitu menyeramkannya sampai  ye ye kabur pas eke dateng" ucap laki-laki itu dengan tampang sedih.

Andira yang dari tadi terpejam langsung membuka matanya. Dia melongo memandangi laki-laki kekar itu. Sedangkan ketiga sahabatnya yang berada beberapa meter darinya hanya bisa tertawa terbahak-bahak mendengar laki-laki itu. Mereka pun mulai mendekat ke meja tempat Andira dan laki-laki itu berada.
"Mas, bukannya gitu. Jangan salah paham dong. Mas gak menyeramkan kok. Beneran deh. Tapi cuma horor doang. Jadinya kita kabur deh." kata Shella.
"Horor ma menyeramkan apa bedanya ?" Laki-laki itu mulai menangis.
"Ya ampun, Mas, eh , Mbak. Aduh manggilnya apa sih." kata Dini.
"Nah kan, kalian manggil aku aja gak tau mau pakai panggilan apaan. Aku emang menyedihkan." tangis laki-laki itu semakin menjadi.
"Yaah lo berdua. Dia jadi nangis kan sekarang. Ribet deh jadinya." kata Nanda.
"Huaaaaaaa. Kalian semua jahat. Kalian gak ada yang bisa ngertiin aku. Kalian jahat." kata laki-laki itu. Dia kemudian berlari menjauhi keempat gadis itu.

"Buaahhahaahhaaa." Andira yang sedari tadi terbengong tertawa terbahak-bahak. Mengagetkan sahabat-sahabatnya yang masih tersihir oleh kelakuan laki-laki kekar itu.
"Ooh Tuhan. Ini jaman apaan sih. Kenapa semua orang aneh banget hari ini ?" kata Shella setelah tersadar dari hipnotis laki-laki kekar itu.
"Ho-oh. Jaman edan emang. Ckck" sambung Dini.
"Yaudahla, lama-lama di sini gue bisa jadi gila. Pulang yuk." ajak Nanda.
"Iya aja deh. Yuk" sambung Andira.



To be Continue~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar